Sejak membuka kelas pendampingan penulisan tesis dan disertasi, saya banyak menemukan keganjilan pada topik maupun proposal penelitian yang ditulis oleh peserta yang merupakan mahasiswa S2 dan S3 program studi pendidikan. Mayoritas peserta yang meneliti mahasiswa program studi S1 pendidikan di perguruan tinggi sering menjadikan mahasiswa calon guru ini lebih sebagai peserta didik, yang tidak ada bedanya dengan siswa sekolah, yang hanya perlu diajarkan “subject matter” (materi) saja. Contohnya, penelitian terhadap mahasiswa pendidikan Bahasa Inggris hanya berkutat kepada bagaimana meningkatkan kemampuan bahasa Inggris-nya.
Padahal, tujuan utama pendidikan calon guru adalah untuk mempersiapkan mahasiswa dan mengasah kompetensi mereka untuk menjadi guru yang berkualitas, terkualifikasi, dan siap ditempatkan di sekolah atau lembaga pendidikan. Meski pengetahuan dan penguasaan tentang materi (contoh, bahasa Inggris) itu juga penting bagi calon guru Bahasa Inggris, namun fitrah mereka sebagai calon guru tetap harus diutamakan. Sederhananya, mereka harus dilatih untuk bisa mengajarkan bahasa Inggris. Artinya, penguasaan materi sudah harus terpenuhi sebelum mereka masuk program ini. Setelah masuk, mereka tidak perlu lagi diajarkan materi itu.
Jika peneliti sudah paham tentang fitrah peserta penelitiannya yang merupakan calon guru ini, maka penelitian dia seharusnya berfokus kepada “professional development” (PD) atau pengembangan profesi sebagai guru. Dan semua penelitian terhadap mahasiswa program pendidikan memang sudah seharusnya membahas tentang PD, bukan lagi tentang “subject mastery” (penguasaan materi). Itu tugas dari para guru di sekolah-sekolah mereka sebelumnya. Tugas peneliti yang biasanya juga merupakan “teacher educator” (pendidik guru) adalah mengajarkan materi-materi, seperti membuat desain pembelajaran, teori-teori pendidikan dan penerapannya, dan praktik mengajar.
Semoga mencerahkan.
Fikri Yanda
Direktur Pusat Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (ICSSR)